Disusun Oleh Toni Tanamal
Rangkuman diambil dari dalam buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar H. Fri Suharya., SH., MH. Penerbit Maharani Press - Bogor 2007.
Rangkuman diambil dari dalam buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar H. Fri Suharya., SH., MH. Penerbit Maharani Press - Bogor 2007.
Pengertian dan Unsur-usurnya.
Manusia adalah mahluk istimewa, lain dari yang lain (hewan dan tumbuh-tumbuhan) walaupun keduanya kalau dilihat dari kebutuhan yang sama, yakni keduanya perlu makan untuk mempertahankan hidup dan melangsungkan keturunan (survive), akan tetapi karena keistimewaanya itu pulalah yang memberikan corak yang berbeda, bahkan perbedaannya sangat asasi sekali.
Secara gramatikal kata budaya ini berasal dari bahasa Sansekerta yang berbunyai buddayah, yakni suatu bentuk jamak dari budi yang mengandung pengertian Budi atau Akal. Hasil budaya atau buah budi manusia manusia apa yang dikenal dengan istilah atau kata kebudayaan. Kebudayaan ini ada yang berwujud kebendaan (materiil) ada yang tidak berwujud kebendaan (non-materiil).
Dalam berbagai tindakannya, manusia, sebagian di atur oleh budi dan akal, dikatakan sebagian karena memang tidak seluruh tindakan manusi diatur oleh akal/budi, akan tetapi juga bukan berarti disamakan dengan tindakan hewan, karena hewan bertingkah laku didorong oleh insting/naluri.
Unsur-unsur Budaya
Adapun yang menjadi unsur budaya atau budi itu, ialah yang meliputi tiga unsur yakni, Unsur CIPTA, Unsur RASA dan Unsur KARSA. Yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan dan dengan bersendikan kepada tiga unsur itulah manusia mempunyai kemampuan untuk berbuat, bertindak, dan mengendalikan sesuatu.
Secara singkat ketiga unsur tersebut dapan di uraikan sbb:
1. CIPTA (Fikiran) : Unsur inilah yang menimbulkan adanya pengetahuan, karena manusia selalu ingin tahu rahasia alam, manusiapun selalu tak merasa puas akan sesuatu, dengan ini pulalah manusia akan bertanya tentang segala sesuatu. Oleh karena itu manusia di juluki sebagai “thinking animal”. “adalah suatu istilah atau sebutan yang diberikan kepada mahluk manusia, sehubungan dengan kegiatannya yang banyak bertanya dalam prosess berfikir”.
2. RASA : Unsur inilah yang dapat menimbulakan rasa seni, rasa ingin memiliki, rasa ingin menikmati keindahan, dan lain sebagainya.
3. KARSA (Kehendak) : Unsur inilah yang menggerakan kedua unsure diatas (Cipta dan Rasa), dengan unsur inilah manusia menghendaki akan kesempurnaan hidup, kemuliaan, kebahagiaan, dan lain sebagainya.
Sistem Nilai Budaya
Bahwasannya semua nilai-nilai budaya dari kebudayaan yang berada di bumi, mengandung atau mencerminkan (sebagai perwujudan) dari masalah-masalah pokok yang dihadapi/dimiliki dalam perkehidupan manusia.
Seorang ahli KLUCKHON menyebutkan dan menginventarisasi 5 (lima) masalah pokok yang dihadapi manusi, yakni “Dr. KOENTJARANINGRAT. Kebudayaan Mertaliteit dan pembangunan. Penerbit PT. Bramedia JKT 1974” :
1. Tentang hakekat hidup
2. Tentang hakekat Karya Manusia
3. Tentang persepsi manusia mengenai waktu
4. Tentang pandangan manusia terhadap alam
5. Tentang hakekat hubungan antara manusia dengan sesamanya.
Seorang budayawan Indonesia Sultan Takdir Alisyahbana, Pekembangan sejarah kebudayaan Indonesia dilihat dari jurusan nilai-nilai. Penerbit jaja Idayu-JKT 1975. Memberikan gambaran bahwasannya nilai agama pada kebudayaan sangatlah luas dan pada kebudayaan Indonesia ahli masih berupa kepercayaan kepada roh-roh dan tenaga gaib, sehingga seluruh kehidupan baik secara berfikir maupun secara bertindak secara keseluruhan masih dipengaruhi oloeh hal-hal tersebut dan dapat dikatakan bahwa kehidupannya bersifat statis. Karena nilai teori yang diperoleh berasal dari nenek moyangnya hanya berupa adat. Pengertian adat disinipun sangat luas, karena mencakup hokum-hukum yang mengatur kehidupan (ekonomi, politik, seni).
Niali Kebudayaan dan Pembangunan
Gambaran kita selama ini kalau mendengara atau berbicara tentang pembangunan adalah selalu dikaitkan dengan perubahan fisik yang besar. Hal demikian tidaklah salah sama sekali karena salah satu jenis atau bentuk pembangunan adalah bersifat fisik (materiil). Secara umum nilai budaya yang diperlukan untuk kelancaran suatu pembangunan dikemukakan oleh JAN TIMBERGEN, ALFIAN : Masalah mental, Aliran Politik dan Radikalisme dalam Masyarakat Indonesia BUletilenkas JKT. 1970. Maka masyarakat harus memiliki nilai-nilai budaya sbb :
1. Menaruh perhatian besar dan meilai tinggi benda materiil.
2. Menilai tinggi teknologi
3. Berorientasi kemasa depan
4. Berani mengambil resiko
5. Berjiwa tabah dalam usaha
6. Mempunyai kemampuan untuk bekerjasama secara disiplin dan bertanggung jawab.
Menurut Ilmuwan dan Antropolog kita, KOENTJARANINGRAT, beberapa nilai budaya yang perlu dipunyai oleh masyarakat Indonesia adalah (Ibid hal 11) :
a. Nilai budaya yang lebih berorientasi kepada masa depan, dimana masyarakat perlu memikirkan, merencanakan kehidupannya dimasa depan. Sifat yang terpenting dalam nilai budaya ini adalah sifat untuk selalu hemat.
b. Nilai budaya yang berkeinginan untuk mengeksplorasi alam dengan menggunakan teknologi-teknologi yang mengintensifkan produksi dalam pembangunan.
c. Nilai buday yang bernilai tinggi usaha orang yang dapat mencapai hasil atas usaha sendiri. Hanya perlu dijaga agar jangan sampai mengarah kepada individualisme dan lebih exstrim lagi isolisme, karena keadaan ini akan mengakibatkan lenyap[nya nilai keamanan dalam hidup kita.
d. Nilai budaya yang bernilai tinggi hasil karya manusia yang tidak terbatas kepada hasil yang berupa harta untuk dikonsumsi atau hasil berupa kedudukan social.
e. Nilai budaya yang percaya diri sendiri.
f. Nilai budaya yang berdisiplin murni.
g. Niali budaya yang berani bertanggung jawab sendiri dengan tidak melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.
Catatan-catatan
MENTALITAS MERABAS
Menurut pengamatan dan penelitian Prof. Koentjaraningrat bahwa, bangsa Indonesia dari mulai kalangan bawah sampai kalangan atas (kuli, pegawai negeri, pelajar, pengusaha, politikul, pejabat tinggi dan lain-lainnya). Ditengarai oleh suatu sikap mental yakni MENTALITAS MERABAS yaitu suatu mentalitas yang dalam rangka peningkatan status diri dan kemkmuran mencari jalan pintas gampangnya saja, hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
1. Kemiskinan yang terlampau panjang waktunya yang tidak lepas dari masa penjajahan yang terlalu lama.
2. Siakaf peodalisme.
3. Akibat pengaruh seseorang yang mendorong seseorang yang ingin cepat mendapatkan sesuatu prestasi, sementara pendidikan yang memiliki tidak memadai.
Rangkuman diambil dari dalam buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar H. Fri Suharya., SH., MH. Penerbit Maharani Press - Bogor 2007.