Laman

Kamis, 04 November 2010

Pelapisan Sosial Dan Kesamaan Derajat

Disusun Oleh Toni Tanamal
Rangkuman dari buku Ilmu Sosial Dasar.Dr. H. Hartomo, Dra. Arnicun Aziz
Pelapisan sosial berasal dari kata stratus yang artinya (berlapis-lapis), sehingga strafikasi Sosial berarti “lapisan masyarakat”. Status adalah kedudukan sosial seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Setatus ini mempunya dua aspek, yaitu : Aspek fungsional , juga disebut social role atau peranan sosial, yang terdiri dari kewajiban/keharusan-keharusan yang harus dilakukan seseorang karena kedudukannya di dalam status tertentu. Aspek struktural, ialah status yang ditunjukan oleh adanya atau susunan lapisan sosial dari atas ke bawah. Aspek ini sifatnya lebih stabil disbanding dengan fungsional. Sertifikasi Sosial lebih dapt dijelaskan kalo kita perhatikan kekastaan pada masyarakat Hindu dimana terdapat urutan-urutan yang paling tinggi sampai yang terendah seolah-hidupnya berlapis.  Susunan kekastaan Hindu tersebut adalah Brahmana, Ksatria, Waisya dan sudra. Demikian pula pada masyarakat modern seperti saat ini, sekalipun tidak setegas pembagian dalam kekastaan Hindu. Sertifikasi tersebut demikian kakunya, ada tembok-tembok yang memisahkan antar kasta mereka, karena mereka hanya berkomunikasi dengan masing-masing kastanya sendiri. Keadaan demikian jelas akan menghambat laju pembangunan pada masyarakat tersebut.
Setatus sosial merupakan kedudukan seseorang individu dalam suatu kelompok pergaulan hidupnya dan itu dapat dilihat dari dua aspek : Aspek statis, Yaitu kedudukan dan derajat seseorang didalam suatu kelompok, yang dapat dibedakan dengan derajat atau kedudukan individu lainnya. Seperti : petani dapat dibedakan dengan nelayan, pegawai negri, pedagang dan lain-lain. Aspek Dinamis, Yaitu hubungan erat dengan peranan sosial tertentu yang berhubungan dengan pengertian jabatan, fungsi, dan tingkah laku yang formal serta jasa yang diharapkan dari fungsi dan jabatan tersebut. Seperti : direktur perusahaan, Pimpinan Sekolah, komandan batilion, camat dan sebagainya. Peranan sosial adalah suatu cara atau perbuatan atau tindakan seorang individu dalam usahanya memenuhi tanggung jawab dan hak-hak dari status sosial. Pada prinsipnya setiap individu dalam pergaulan hidupnya memiliki status sosial yang pokok (key status) yang berupa :
a.       Pekerjaan seseorang  (merupakan status yang terpenting)
b.      Status dalam system kekerabatan.
c.       Status religious dan status politik.
Manusia dalam kehidupan bersama disamping mengadakan interaksi individu tidak jarang pula terjadi interaksi status. Pada akhirnya dapatlah ditekankan bahwa salah satu syarat dari kelompok yang sangat penting adalah adanya organisassi yang merupakan wadah dimana terdapat pembagian tugas dan petugas antara anggota-anggota suatu kelompok untuk mencapai tujuan dari kelompok tersebut. Dalam organisasi sosial memiliki dua aspek yang cukup penting, yakni Aspek Fungsi, melihatkan manisfestasi aktivitas kolektif dalam berbagai tujuannya; aktifitas kolektif akan diikuti oleh aktifitas-aktifitas kelompok yang lebih kecil. Dan Aspek stuktur, memperlihatkan bahwa struktur organisasi kemasyarakatan meliputi kelompok-kelompok sosial, pola-pola umum budaya masyarakat tertentu, pranata sosial dll.
Menurut Bossard dan Boll : bahwa masyakat iti mula-mula terdiri dari small family, yaitu suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak maksimal 2-3 orang anak. Yang dipentingkan adalah agar anak mendapatkan kualitas yang baik. Dikatakan bahwa kelas-kelas sosial dapat dibedakan menjadi 3 macam: Upper-class : sikap terhadap anak adalah bangga dan menaruh pengharapan. Mereka berjuang untuk mendidik anak semaksimal mungkin, Middle-class: disini tidak diadakan penyelidikan, Lower-class: keinginan-keinginan seperti poin satu itu kurang karena alasan-alasan ekonomi dan sosial.
Selanjutnya kluckhohn, mengadakan penyelidikan dipandang dari masalah wewenang. Bagaimana anak-anak lower-class iini mwmandang terhadap wewenang. * biasanya anak dari lower-class ini memandang kelas diatasnya bersifat takut. Sedangkan anak middle-class memendang wewenang bersifat menghormati. * pada lower-class biasanya disiplin itu ditandai dengan cirri-ciri fisik/kekerasan/konflik. Kalau marah biasanya bersifat badaniah. Sedangkan pada middle-class tidak dengan cara fisik, tetapi dengan cara kompetisi/persaingan, misalnya dalam pertandingan olahraga atau pelajaran dsb.
Gengsi dan kekuasaan adalah sukar dipisahkan biasanya orang yang memiliki kekuasaan, memepunyai gengsi yang tinggi meskipun begitu kadang-kadang juga terjadi, bahwa gengsinya sudah turun, tetapi kekuasaanya masih tetap tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut, bagaimanakah seseorang dapat mencapai status tertentu?
1.       Ascribed statues : kedudukan seseorang yang akan didapat dengan sendirinya. Misalnya, golongan-golongan berdasarkan jenis kelamin, tingkat umur dan sebagainya. Atau dengan kata lain : seseorang dapat mencapai status secara ascribe, karena ia dilahirkan dalam golongan tertentu, misalnya seorang anak raja.
2.       Achievel statues : kedudukan seseorang yang didapatkan dengan cara berusaha atau berjuang, misalnya : sebagai pemimpin partai politik, guru, dosen dan sebagainya. Boleh misalnya seorang buruh berjuang untuk menjadi majikan, guru SD berjuang menjadi Profesor dan sebagainya.
Dalam kesamaan derajat manusia sering mendapatkan sebutan sebagai “homo homini lupus”. Jika kita menyelami hakikat kemanusiaan maka “homo homini lupus” dan strafikasi sosial yang kita kenal sekarang adalah merupakan sesuatu kesenjangan dan sekaligus tentang bagi eksistansi kemanusiaan. Pertanyaan di atas sebenarnya telah terjawab dalam pembicaraan tentang beberapa teori pelapisan sosial yang kita simpulkan bahwa : pertama, atribut kemanusiaan yang utama berupa akal pikiran memebuatnya memandang kehidupan ini sebagai suatu rahasia yang harus dijadikan jawabannya. Kedua, Atribut “kebinatangan” yang melekat pada manusia berupa nafsu menuntutunya untuk memenuhi segala bentuk kebutuhannya baik secara fisik maupun non fisik(biologis maupun fsikis). Hal ini menjadikan manusia tidak pernah puas dengan apa yang telah diperolahnya. Ketiga, Ketidakpuasan manusia dengan apa yang telah dicapainya dalam dua bidang tersebut menyebabkan terjadinya perlombaan antara satu dengan yang lain untuk saling mendahului dan saling mengusai. Ketiga acuan yang lebih bersikap psikologis ini adalah merupakam garis kodrati untuk menghadapi kehidupan ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar