Proyeksi Peta Dalam sistem Informasi
Dibuat secara kelompok :
kelas3KA23
Budi Pratama : 11110470
Nuri Afriyanti : 15110169
Toni Tanamal : 16110931
Proyeksi
Peta
Ditulis
oleh La An di/pada Juni 11th, 2007.
Bentuk
bumi yg selama ini kita liat
adalah sebuah model bumi yg dibikin
oleh manusia, kadang ada berbentuk bulat kadang berbentuk elips. Tp sebenarnya bukan seperti itu bentuk bumi, bentuknya adalah tidak
beraturan. Dan biar lebih mudah ngegambarnya, akhirnya lebih umum
menjadi bulat. Dan bentuk bulat ini di bikin datar oleh peta. “Namanya juga peta, kan gambaran
permukaan bumi dalam bidang datar”.
Oleh
karena permukaan bumi ini tidak rata alias
melengkung-lengkung tidak beraturan, akan tetapi peta membutuhkan suatu
gambaran dalam bidang datar, maka diperlukan pengkonversian dari bidang
lengkung bumi sebenarnya ke bidang datar agar tidak terjadi distorsi permukaan bumi.
Ini nieh
ukuran bumi dalam angka
Ellipticity: 0.003 352 9
Mean radius: 6,372.797 km
Equatorial radius: 6,378.137 km
Polar radius: 6,356.752 km
Aspect Ratio: 0.996 647 1
Ellipticity: 0.003 352 9
Mean radius: 6,372.797 km
Equatorial radius: 6,378.137 km
Polar radius: 6,356.752 km
Aspect Ratio: 0.996 647 1
radius equatornya
lebih panjang dari pada radius kutub.
Pernah
mengupas jeruk? Pasti susah bangat meletakkan kulit
jeruk menjadi bidang datar, tetapi kulit jeruk tersambung semua. begitu juga yg
di alami oleh kartografer ketika memetakan permukaan
bumi, mereka harus memindahkan bagian geografis dengan cara tertentu, menarik
dan menggabungkan kembali bagian-bagian tersebut secara bersamaan agar menjadi
peta datar yang nyambung. peta tidak
terkecuali globe mengalami distorsi dari bumi yang
sebenarnya. Untuk wilayah yang lebih kecil, distorsi tidak signifikan karena
wilayah yang kecil dalam globe kelihatan
seperti permukaan datar. Untuk wilayah yang lebih luas atau untuk tujuan yang
butuh akurasi yang tinggi, bagaimanapun distorsi merupakan hal yang sangat
penting. Oleh karena itu diperlukan proyeksi peta. Dalam penyusunan peta
diperlukan suatu proyeksi peta yg
memberikan hubungan antara titik-titik di bumi dengan di peta,
proyeksi yg dipilih dipersyaratkan
memiliki distorsi yg kecil.
Pada
prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bidang lengkung ke
bentuk bidang datar, dengan persyaratan
bentuk yang diubah itu harus tetap, luas
permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu titik dengan titik yang
lain di atas permukaan yang diubah harus tetap.
Proyeksi
peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau
keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran
berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit
mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara
posisi titik-titik di muka bumi dan di peta.
untuk
memenuhi semua ketiga persyaratan perubahan
dari bidang lengkung ke bidang datar rasanya tidak mungkin bangat,
maka ada kompromi2 dalam menggunakan syarat tersebut, sehingga munculah
berbagai macam jenis proyeksi. Beberapa jenis proyeksi yang umum
adalah silinder/tabung (cylindrical), kerucut (conical), bidang datar (zenithal)
dan gubahan (arbitrarry). Jenis proyeksi yang sering kita jumpai sehari-hari
adalah proyeksi gubahan, yaitu proyeksi yang diperoleh melalui perhitungan.
Jenis proyeksi yang sering di gunakan di indonesia adalah WGS-84 (World
Geodetic System) dan UTM (Universal Transverse Mercator)
WGS-84
(World Geodetic System) adalah ellipsoid terbaik untuk keseluruhan geoid.
Penyimpangan terbesar antara geoid dengan ellipsoid WGS-84 adalah 60 m di atas
dan 100 m di bawah-nya. Bila ukuran sumbu panjang ellipsoid WGS-84
adalah 6 378 137 m dengan kegepengan 1/298.257, maka rasio penyimpangan
terbesar ini adalah 1 / 100 000. Indonesia, seperti halnya negara lainnya,
menggunakan ukuran ellipsoid ini untuk pengukuran dan pemetaan di Indonesia.
WGS-84 “diatur, diimpitkan” sedemikian rupa diperoleh penyimpangan terkecil di
kawasan Nusantara RI. Titik impit WGS-84 dengan geoid di Indonesia dikenal
sebagai datum Padang (datum geodesi relatif) yang digunakan sebagai titik
reference dalam pemetaan nasional. Sebelumnya juga dikenal datum Genuk di
daerah sekitar Semarang untuk pemetaan yang dibuat Belanda. Menggunakan ER yang
sama – WGS 84, sejak 1995 pemetaan nasional di Indonesia menggunakan datum geodesi
absolut. DGN-95. Dalam sistem datum absolut ini, pusat ER berimpit dengan pusat
masa bumi.
Proyeksi
UTM merupakan proyeksi Peta yang banyak di pilih dan di gunakan dalam kegiatan
pemetaan di Indonesia karena di nilai memenuhi syarat2
ideal yang sesuai dengan bentuk, letak dan luas Indonesia. Spesifikasi UTM
antara lain adalah (1) menggunakan bidang silender yang memotong bola bumi pada
dua meridian standart yang mempunyai faktor skala k=1, (2) Lebar zone 6°
dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180° BT dengan nomor zone
60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri, (3) setiap zone memiliki
meridian tengah sendiri dengan faktor perbesaran = 0.9996, (4) Batas paralel
tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS dan (5) proyeksinya bersifat
konform. Menurut Frans (iagi.net) UTM menggunakan silinder yg
membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak
ellipsoid (sumbu perputaran bumi), sehingga garis singgung ellipsoid dan
silinder merupakan garis yg berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid.
Akibatnya, titik2 pada garis tersebut terletak pada kedua bidang, sehingga
posisinya walaupun dipindahkan (diproyeksikan), dari ellipsoid ke silinder,
tidak akan mengalami perubahan (distorsi).
Kesimpulan :
berikut tabel beberapa pilihan kata dan imbuhan :
Diksi dalam artikel ini sudah cukup tepat, hanya ada
beberapa yang mungkin memerlukan penukaran atau pengurangan kata, seperti pada
contoh kalimat berikut ini: “untuk memenuhi semua ketiga persyaratan perubahan
dari bidang lengkung ke bidang datar rasanya tidak mungkin bangat,” untuk kata yang
pertama semua ketiga seharusnya tidak
perlu menuliskan kedua kata tersebut, cukup salah satu saja karena cukup mewakili
maksud dari kalimat tersebut. Dan yang kedua kata bangat
sebaiknya tidak perlu, karena akan lebih terasa melebih-lebihkan. Dalam kalimat ini “Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk
bidang lengkung ke bentuk bidang datar” kata ke pada kalimat ini juga kurang tepat, karena kata “ke” lebih ditunjukan untuk jarak dan
tempat, sebaiknya mengguanakan kata “menjadi” karena kata ini menunjukan adanya perubahan bentuk dari suatu
benda.
Kelebihan:
Kami rasa penyampain artikel ini sudah tepat, pada siapa artikel
ini ditujukan dan untuk apa artikel ini
dibuat, serta adanya implementasi kedalam dunia nyata seperti kutipan kalimat
ini “Pernah mengupas
jeruk? Pasti susah sekali meletakkan kulit jeruk menjadi bidang datar, tetapi
kulit jeruk tersambung semua”. Selain itu ada juga sepenggal kalimat “Namanya
juga peta, kan gambaran permukaan bumi dalam bidang datar”, kalimat ini sedikit memberi penekanan pada tema yang sedang
dibahas serta bersifat bebas dan tidak kaku, jadi kita sebagai pembaca tidak
merasa jenuh saat membacanya.
Kekurangan:
Masih cukup banyak kesalahan penulisan kata dalam artikel ini,
seperti : penempatan imbuhan , pemilihan katan, serta kata-kata yang disingkat.
Sumber atau referensi artikel ini juga tidak dicantumkan padahal dalam artikel
ini penulis menjelaskan tentang ukuran bumi yang sepertinya mustahil jika
penulis melakukan riset secara langsung tanpa ada referensi.
Saran:
Untuk lebih menunjang bagi pembaca, sebaiknya
dicantumkan pula pengertian pada istilah-istilah asing. Seperti : ellipsoid,
cllipsoid, geoid, dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar