Laman

Minggu, 28 November 2010

Do’aku Habis Hanya Untuk Orang Dermawan


pengemis adalah pemandangan yang paling mencolok setiap kali saya  singgah dari suatu tempat ketempat lain, dari tahun ke tahun jumlah mereka bukannya berkurang malah semakin bertambah terutama di kota-kota besar. Dalam hati saya  bertanya tanya benarkah sudah tidak ada lagi lahan pekerjaan di kota ini ketimbang mengemis di jalan-jalan? apalagi kalau pengemis yang membawa anak balita, aduh bikin sesak didada. Ada lagi yang mengatasnamakan pesantren-pesantern dengan dandanan dan gaya seperti anak pesantren. Padahal sepengetahuan saya yang didapat dari beberapa sumber “orang yang pernah mengalami hidup di pesantren” mereka menuturkan bahwa tak pernah ada dari pihak pesantren membuat proposal untuk mengemis dijalanan. Ini jelas hanya kedok belaka bagi sekelompok orang pemalas, namun tu hak asasi mereka mau mencari uang dengan cara apapun, namun yang membuat saya kurang setuju adalah kedok yang mereka pakai itu..itu sama saja dengan merendahkan kualitas dan cara pandang masyarakat terhadap agama itu sendiri.
Kakek dan bapak saya seorang angkatan dan wiraswasta memiliki sawah dan kebun sayuran yang luas dikampung ,namun sulit sekali mencari buruh untuk bekerja di sawah maupun di kebun miliknya, karena mereka sendiri tak bisa mengurusnya sebab sibuk dengan kerjaannya masing-masing, ironisnya ibu-ibu muda dan para generasi penerus bangsa lebih tergiur menjadi pengemis ke timbang bekerja di kebun dan di sawah, mungkin penghasilan sebagai pengemis lebih menggiurkan dari pada bekerja di sawah, namun menurut saya bekerja di sawah sebagai petani dan butani lebih tergormat ketimbang menjadi pengemis.
Setiap setelah atau bahkan sebelum masuk satuan acara perkuliahan, rutinitas sebagian besar anak mahasiswa adalah nongkong di pinggir jalan sambil minum kopi dan ngeroko dan ngemil atau cuman hanya untuk becanda saja. Entah apa untung nya yang kami lakukan padahal udah menyandang status mahasiwa, tapi masih berkelakuan seperti itu boleh dibilang kurang pantaslaaah bagi para mahasiswa masih melakukan hal seperti itu. Namun biarkanlah mungkin hanya untuk menghilangkan rasa bosen dan penat dalam menjalani pelajaran kuliah yang sedikit boleh dibilkang agak suram..hahahaaa..
ketika sedang dalam asik-asiknya becanda ria, dan pada saat kami berada di tempat tongkrongan itupun sudah ada beberapa orang, dari mulai nenek-nenek dan kakek-kakek, anak kecil, becong dan sejenis pengemis lainya datang bergantian meminta-minta kepada kami, dan kami pun memberikan sisa uang jajan kami secara bergantian pula dan saya pikir mereka layak untuk kami kasihani dilihat dari kondisi si pengemis. Kami melanjutkan aktivitas kurang penting itu..tiba- tiba datang seorang pengemis, seorang pemuda yang cukup kekar cuman tampak dekil akibat polusi kendaraan yang membuatnya kurang enak dipandang, ya jelas lah orang setiap hari keliling kota, meminta belas kasihan orang. Singkatnya saja pengemis itu menyanyikan sebuah lagu yang sama sekali tak enak untuk didengar dan kamipun sedikit merasa terganggu, setelah dia selesai menyanyi biasalah mengeluarkan akua gelas atau bekas bungkus permen, dan sangat disayangkan bukan rejekinya itu si pengemis tak ada sepeserpun yang ngasih uang, baik dari tempat tongkrongan kami maupun dari tongkrongan yang lain. Dengan sepontan si pengemis ngedumel dan mengeluarkan kata-kata yang cukup kasar sambil pergi menunggalkan kami.
wukakakaakk kami melongo melihat ulah sipemuda itu tadi… entah apa yang ada dalam hatinya, apakah sipemuda itu merasa kecewa karena tidak mendapatkan uang sepeserpun? entahlah !!! kamipun kompak tertawa terbahak-bahak melihat tingkah itu pengemis ketika si pengemis itu hilang dimakan jarak.
saya jadi bingung dengan orang itu, apa pemuda tadi  tidak sadar mengemis di jalan sama saja menurunkan harga dirinya? lalu apa yang ia sombongkan? karena saya melihat dengan kasat mata pemuda tadi tidak memiliki cacat sama sekali apa ia tidak merasa gengsi mengemis di jalan? Saya pribadi siy pilih-pilih dalam memberikan sesuatu pada pengemis. Dan menurut pandangan saya pribadi juga memang seharusnya kita  tidak memberi kepada pengemis yang masih muda dan tidak memiliki cacat sama sekali itu sama saja menumbuhkan mental pengemis terhadap diri mereka sendiri, membuat mereka malas dan tidak mau berusaha, terkecuali kita memberi kepada mereka yang benar benar cacat dan sudah renta dan pantas menerima uluran tangan dari kita. dan saya pikir dia bisa ko mencari pekerjaan yang lebih layak. Apa semua pengemis akan selamanya jadi pengemis karena mungkin doa yang dia panjatkan pada tuhan habis untuk orang-orang  yang telah memberikan uang recehan kepada dia, sampai-sampai dia sendiripun lupa dan tak sempat untuk mendoakan dirinya sendiri agar menjadi lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar