Laman

Senin, 25 Oktober 2010

Problematikan Jakarta

Problematika Jakarta

Disusun Oleh Toni Tanamal
 
Frustasi warga akan hadapi cuaca buruk dan macet. Cuaca buruk membuat warga Jakarta dan sekitarnya menjadi resah. Tak bisa dipungkiri setiap kali hujan deras turun, langsung terbayang jebakan kemacetan turut menghantui warga. Tak sedikit orang yang hidup di Jakarta mengeluh akan problema yang terjadi di Ibu kota ini terutama para karyawan meraka harus rela terlambat masuk kerja dan begitu pula ketika mereka hendak pulang dari tempat kerja, bukan hanya mereka saya sendiri sempat mengalami hal seperti itu ”terlambat” sedangkan di suatu sisi kantor tempata saya bekerja tak mau tau dengan situasi dan kondisi yang dihadapi karyawannya yang penting mereka harus konsisiten dengan surat perjajanjian kerja yang telah mereka sepakati. semua itu disebabkan cuaca buruk dan ancaman bencana yang cukup tinggi mengakibatkan kemacetan yang tak terkendali yang harus dihadapi.
Musim hujan dan cuaca buruk seperti ini sangat berbahaya sekali apalagi disertai angin yang cukup besar..emmh, sungguh mengerikan apalagi kalau seandanya kita pergi melewati jalur yang melwati pohon-pohon yang cukup besar, kita sendiri tidak tau apakah pohon-pohon tersebut kuat apa tidak. Seandainya tiba-tiba pohon tersebut roboh, bagaimana ? tapi di suatu sisi kalau saja disuruh memilih antara turun hujan saat pulang/berangkat kerja dengan macet, saya lebih memilih turun hujan kenapa, soalnya jalanan lebih sedikit lancer ketimbang pulang kerja setelah hujan reda, hehehe... namun tak selancar yang kita bayangkan andai kata saat perjalanan terjadi banjir tak mustahil semua pilihan itu berakhir dengan penyesalan. Banjir merupakan mimpi buruk yang sulit diatasi di Jakarta, sekitar 40 sampai 50 persen Jakarta berada di bawah permukaan laut, sungai dan saluran drainase menyempit lagi dangkal, tak berfungsinya saluran air  sesuai kapasitasnya, tersumbatnya sampah yang menyebabkan pendangkalan, perhitungan jumlah debit air yang tidak sesuai dengan luas saluran air, serta permukaan air laut bertambah tinggi.
Banjir dan genangan di Jakarta kian parah dengan ruang terbuka hijau milik publik dan privat. Air hujan tidak mudah terserap tanah karena sebagian lahan tertutup bangunan. Oleh karena itu pemerintah harus menyipakan strategi menyeluruh untuk menangani masalah ini, denagn kata lain saluran Drainase lingkungan harus harus dinormalkan dan diperbesar dan strategi ini harus diterapkan di semua wilayah. Namun permasalahan banjir ini tak luput dari perilaku warganya sendiri yang membuang sampah sebarangan. Tak hanya para karyawan perusahaan yang harus siap dengan kondisi seperti ini, sampai anak sekolah dasar sekalipun juga harus mulai belajar menghadapi ancaman bencana yang tengah meradang di ibu kota.
Balik lagi ke masalah kemacetan yang melanda ibu kota, yang saya amati dari beberapa tahun terakhir saya harus mengalokasikan waktu lebih lama untuk berpergian, kemacetan semakin lama semakin parah sehingga waktu tempuh semakin lama, karena menurut saya  antisipasi kemacetan dinilai masih minim dan belum berdampak. Penyempitan badan jalan dengan dibuatkannya kebijakan jalur transjakarta membuat lalu lintas langsung macet total, dikala angkutan umum dan kendaraan pribadi berbondong-bondong masuk jalur busway. Kemacetan sudah bias dipastikan  terjadi pada saat pagi dan sore dan itu sudah menjadi hidangan sehari-hari, yang bisa dilakukan hanyalah bersabar  hanya berharap hari esok dan tahun-tahun berikutnya masalah ini akan segera teratasi. Namun, sampai saat ini harapan akan adanya solusi untuk mengatasi kemacetan masih menjadi mimpi belaka. Yang ada hanya semakin banyak warga masyarakat yang mengelukan semakin banyaknya memerlukan waktu tempuh pada jarak yang sama seperti yang saya tempuh setiap hari untuk bekerja.
Kemacetan semakin lama semakin parah disebabkan oleh cepatnya penambahan jumlah kendaraan pribadi yang makin cepat dan jumlah jalan makin statis. Penambahan kendaraan pribadi terutama kendaraan bermotor semakin melonjak karena minimnya angkutan umum yang dapat menjadi pilihan yang aman, nyaman, dan murah serta memerlukan gonta- ganti angkutan jika ingin berpergian jauh. Hal ini yang menyebabkan para pengguna kendaraan pribadi tidak ingin berindah pada angkutan umum untuk melakukan aktivitas. Jumlah sepeda motor akan terus meningkat dan akan semakin memenuhi jalanan di Jakarta karena tidak ada perubahann mendasar pada angkutan umum. Angkutan umum yang ada saat ini tidak akan dapat menarik perhatian pengguna kendaraan pribadi karena tak mampu memenuhi ekspektasi mereka. Karena menurut saya kebanyakan terutama untuk masyarakat menengah kebawah mendingan naik motor butut sekalipun daripada naik kendaraan umum disamping sedikit menghindari kemacetan biaya yang dikelurkan pun agak lebih minim.
Seharusnya Promprov Jakarta mampu melakukan banyak langkah untuk mengatasi kemacetan yang tengah melanda. Langkah itu antara lain adalah seperti yang sedang rame di bahas belakangan ini yakni menaikan tarip parkir di zona-zona yang rawan dengan kemacetan tapi menurut saya hal ini tidak berlaku buat orang kaya ”toh kata mereka saya punya uang”, membatasi pengguna kendaraan pribadi dengan retribusi kemacetan secara elektronik, menghindari desek-desekan didalam angkutan umum disarankan menambah jumlah armada angkutan umum terutama transjakarta guna menghindari ketidaknyamanan penumpang, menurunkan tarip angkutan umum supaya dapat terjangkau bagi sikalangan masyarakat bawah serta mengintegrasikan antara kereta api dan angkutan umum di dalam kota. Jika perlu, integrasi antara KA dan Busway dilakukan di banyak stasiun. Selain itu sterilisasi jalur busway harus dilaksanakan setiap saat agar jalur tersebut aman dari kemacetan. Jika kondisi ini tidak segera direalisasikan jangan harap pemakai kendaraan pribadi akan berpindah kepada kendaraan umum denagn begitu problematika Jakarta masih tetap berlanjut. Masih ada waktu yang harus diisi untuk mengurangi kemacetan di Jakarta dengan kerja keras dan kerja cerdas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar